Jumat, 27 Maret 2009

'Rights Issue' CPRO, Bondholders Tak Tahu

Susan Silaban
INILAH.COM, Jakarta - Bondholders Red Dragon Group Pte Ltd tidak dimintai ijin dalam pelaksanaan penawaran umum saham terbatas atau rights issues PT Central Proteinaprima Tbk (CPRO) pada Desember 2008.

Hal ini diakui oleh Advisor Bondholders sekaligus Founder PT Independent Research & Advisory Indonesia (IRAI), Lin Chi Wei dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (27/3).
Chi Wei mengakui, dalam dokumen CPRO diberitahukan bahwa rights issue CPRO sudah mengantongi ijin dari bond holders, padahal manajemen CPRO tidak pernah memberitahukan rights issue tersebut. "Perjanjian CPRO dengan bondholders adalah CPRO tidak boleh melakukan corporate action jika merugikan bondholders," tegas Chi Wei kepada wartawan.

Menurutnya, pihak CPRO menandatangani perjanjian dengan Red Dragon bahwa CPRO berjanji membantu bondholders. Bondholders mengetahui CPRO akan rights issue dari media di mana CPRO tetap melanjutkan proses rights issue walaupun perwakilan Red Dragon pernah menjamin sebelumnya bahwa rights issue tidak akan dilanjutkan lagi.

Permasalahan ini berawal pada 8 Juni 2007 lalu, di mana Red Dragon menerbitkan obligasi tukar berjaminan sebesar US$ 200 juta dengan kupon 2% dan jatuh tempo 2010.

Jaminannya adalah saham-saham CPRO yang dimiliki CPRO, PT Surya Hidup Satwa (SHS) dan perusahaan terafiliasi lainnya dimiliki oleh Keluarga Jiaravanon totalnya 70,3% saham CPRO.
Chi Wei menjelaskan, Red Dragon menawarkan obligasi ini ke bondholders Red Dragon. Namun, ketika obligasi diterbitkan, saham CPRO diperdagangkan pasa kisaran harga Rp 590.

Pada 9 Oktober 2008, harga saham CPRO jatuh pada kisaran Rp 170 sehingga nilai jaminan kepada bondholders menjadi lebih kecil dari 250% nilai pokok obligasi yang beredar. Dan pada 14 Oktober 2008, harga CPRO kembali jatuh hingga kisaran Rp 140. "Permintaan bondholders agar melindungi hak-hak bondholders," tegas Chi Wei. [cms]